Sabtu, 19 Agustus 2006

120) Yohanes 8:29 -Tuhan menyertai Aku, Tuhan tidak membiarkan Aku sendiri. VS Matius 27:46 - Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?


120) Yohanes 8:29 -Tuhan menyertai Aku, Tuhan tidak membiarkan Aku sendiri. VS Matius 27:46 - Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?  

JAWAB : (Kategori : salah memahami konteks ayat)  

Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya." (Yohanes 8:29) 
Versus  
Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?  (Matius 27:46) 

Apa yang tertulis dalam Yohanes 8:29 bandingkan dengan :  Yohanes 10:30  
Aku dan Bapa adalah satu  
TR Translit , egô kai ho patêr hen esmen.  
Ayat diatas lebih lanjut dipertegas dalam ayat-ayat :  "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa"  (Yohanes 14:9), dan "Akulah jalan dan kebenaran, dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku."  (Yohanes 14:6).  
Namun apakah ayat-ayat diatas ini bertentangan dengan Matius 27:46?  Maka kita perlu melihat apa sebab Yesus mengatakan demikian.  

Mazmur 22:2  
Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.  
Hebrew Translit, ELI ELI LAMAH 'AZAVTANI RAKHOK MISHU'ATI DIVRÊY SHA'AGÂTÎ  

"Eli, Eli, lama sabakhtani?"  itu menyerukan kepahitan yang dialami Kristus karena Ia harus terpisah dari  Allah Bapa karena Ia harus menanggung dosa manusia. Hukuman dosa adalah keterpisahan. Kalau Yesus menanggung hukuman dosa, maka Dia harus mengalami keterpisahan (dan kematian). Keterpisahan itulah yang menyakitkan hati-Nya. Ini adalah perkataan keempat dalam  7 perkataan salib  dan ini adalah kategori ―ucapan penderitaan rohani‖.  

Kita tahu bahwa ketika Yesus disalibkan, Dia mengalami banyak siksaan. Dia diludahi dan diolok-olok. Mereka mengenakan duri tajam di kepala-Nya, mencabik-cabik punggung-Nya dengan cambuk berpaku, dipaku ke salib, dan ditusuk dengan tombak. Dia bahkan ditinggalkan murid-murid-Nya sendiri. Penderitaan fisik-Nya sangat hebat. Mereka bahkan mencabuti janggut di wajah-Nya. Tapi kita tidak pernah mendengar Tuhan Yesus mengeluh karena siksaan tersebut. Sebaliknya, puncak dari kesakitan-Nya dan penderitaan-Nya adalah ketika Ia berkata,  "Allah-Ku, Allah-Ku mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Puncak penderitaan yang sebenarnya bagi Yesus adalah ketika "ditinggalkan Allah dan dibiarkan sendiri." Ini jauh lebih menyakitkan daripada duri dan tombak dan paku dan cambuk dan ludah dan lain sebagainya--ditinggalkan Allah.  

Mengapa Roh Allah harus pergi? Sebab kalau tidak demikian Yesus tidak akan pernah bisa mati; dan ini adalah keharusan/cawan pahit yang harus diterima oleh Yesus bahwa Dia harus mati sebagai ―kurban‖ atas dosa-dosa manusia. Oleh karena keterpisahan itu, kita telah ditebus oleh Kristus. Setiap kita yang percaya  pada-Nya dan mengaku Yesus adalah Tuhan dan Juru Selamat, kita dipersatukan kembali dalam komunitas  yang kudus dengan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus.  
Namun apakah Roh Allah itu seterusnya meninggalkan-Nya? Tentu tidak, karena setelah itu Ia bangkit!  Dan  Ia naik ke Surga kembali kepada kemuliaan-Nya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar