Selasa, 31 Januari 2006

90) Siapakah yang ingin membunuh Yohanes Pembaptis? Herodes (Matius 14:5) ataukah Herodias? (Markus 6:20)

90) Siapakah yang ingin membunuh Yohanes Pembaptis? Herodes (Matius 14:5) ataukah Herodias? (Markus 6:20)

JAWAB : (Kategori : Salah memahami maksud penulis)

Bacalah Matius 14:1-11 dan Markus 6:14-29 Kontradiksi semu di atas menunjuk pada perkiraan, "Apakah Herodes ingin membunuh Yohanes Pembaptis, atau tidak?"

Pendebat Shabbir Ally menggunakan Matius 14:5 sebagai ayat pendukung untuk membuktikan Herodes berniat membunuh Yohanes, Sedangkan Markus 6:20 membuktikan bahwa Herodes tidak ingin membunuhnya. Padahal cerita pada kedua kitab di atas saling melengkapi. Jika kita membaca keseluruhan kisah pada Matius 14:1-11 dan Markus 6:14-29, maka sejauh yang kita baca didalamnya tidak terdapat pertentangan apapun. Pada kedua Kitab di atas, kita baca bahwa Herodes memerintahkan untuk memenjarakan Yohanes Pembaptis atas desakan dan pengaruh istrinya, Herodias.

Jadi jelas, pengaruh itulah yang menjadi faktor penting atas dipenggalnya kepala Yohanes Pembaptis. Markus menuliskan cerita ini lebih mendetail dibandingkan dengan Kitab Matius yang ditulis belakangan. Karena itu Matius tidak mau membuang-buang waktu dengan menceritakan hal-hal yang sudah diketahui sebelumnya melalui kitab Markus. Hal lainnya yang perlu diperhatikan juga, Markus tidak mengatakan dalam kitabnya, bahwa Herodes tidak mau membunuh Yohanes Pembaptis, tetapi disebutkan bahwa Herodes menyimpan ketakutan kepadanya, karena Yohanes Pembaptis adalah orang benar dan suci, dan ditambahkan lagi oleh Matius, karena Yohanes mempunyai pengaruh besar di antara banyak orang. Dengan demikian, tidak ada kontradiksi, Matius dan Markus saling melengkapi kisah Yohanes yang dihukum mati dengan cara dipenggal.

Sabtu, 28 Januari 2006

89) Apa Tulisan di Kayu Salib, Mengapa berlainan?

89) Tulisan apa yang sebenarnya terdapat di atas salib Yesus, karena Matius 27:37, Markus 15:26, Lukas 22:38 dan Yohanes 19:18, semuanya menuliskannya secara berlainan?

JAWAB : (Kategori : salah membaca ayat)
Matius 27:37 Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."

Markus 15:26
Dan alasan mengapa Ia dihukum disebut pada tulisan yang terpasang di situ: "Raja orang Yahudi".

Lukas 23:38 Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: "Inilah raja orang Yahudi".

Yohanes 19:18 Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."

Pertentangan semu di atas timbul dari pertanyaan, "Apa sebenarnya yang tertulis diatas kayu salib?" karena ayat-ayat di dalam Matius 27:37, Markus 15:26, Lukas 22:38 dan Yohanes 19:18, semuanya menuliskannya secara berlainan tentang tulisan di atas kayu salib. Tetapi hal ini sebenarnya dapat dengan mudah dipahami jika kita membaca ayat Yohanes 19:20, demikian : ‖Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani.‖

Adalah menarik bahwa Pilatus, yang menuliskan teks tersebut, dan bisa saja tulisan tersebut adalah berbagai bahasa yang dikuasai oleh Pilatus. Tetapi, inti tuduhan yang dikenakan kepada Yesus untuk apa Ia disalibkan adalah tuduhan bahwa Yesus mengklaim diri-Nya sebagai "Raja orang Yahudi". Keempat Injil sepakat demikian dalam tulisannya masing-masing. Dan harus kita mengerti penulisan dari berbagai bahasa itu tidak harus sama kata-per-kata dalam suatu kalimatnya. Kalimat dalam bahasa Latin, Yunani dan Ibrani bisa berlainan strukturnya walaupun menceritakan kasus yang sama.

Dalam hal ini seorang penulis Injil bisa saja menuliskannya dari rujukan kata Ibrani yang kemudian ia tuliskan dalam Injil bahasa Yunani. Jika kita tidak mengerti kunci tuduhan ini, mungkin kita akan terjebak ke dalam sebuah pertentangan, namun, kenyataannya tidak demikian.

Tulisan di atas kayu salib Kristus ditulis dalam 4 bahasa yang berbeda: Yunani, Ibrani, Aram (Aramik), dan Latin. Kita dapat melihat hal ini ketika membaca Lukas 23:38 dan Yohanes 19:20. Lukas 23:38 jelas-jelas menyatakan bahwa tulisan itu tertulis dalam bahasa Yunani, Latin, dan Ibrani. Dalam Yohanes kata untuk "Ibrani" diterjemahkan dari hebraisti. Menurut Gleason Archer: "Yohanes 19:20 memakai format kata keterangan dari Hebraisti, yang mana di dalam Injil tidaklah berarti "dalam Bahasa Ibrani" melainkan berarti: dalam salah satu dialek Ibrani yaitu Aramik.

Kita tahu akan hal ini karena kata Hebraisti juga dipakai pada beberapa bagian lain, seperti dalam Yohanes 5:2; 19:13,17; 20:16, kata tersebut dituliskan dalam bentuk Aramik, lalu diterjemahkan ke dalam huruf Yunani,"1

1 "John 19:20 uses for this the adverbial form Hebraisti, which in gospel usage did not mean "in Hebrew" but in the Jewish dialect of Aramaic. We know this because wherever Hebraisti is used elsewhere, as in John 5:2; 19:13,17; 20:16, the word is given in its Aramaic form, transcribed into Greek letters," (Encyclopedia of Bible Difficulties, page 346).

Minggu, 08 Januari 2006

88) Apakah semua isi Kitab Suci bermanfaat (2 Timotius 3:16) atau Tidak? (Ibrani 7:18)

88) Apakah semua isi Kitab Suci bermanfaat (2 Timotius 3:16) atau Tidak? (Ibrani 7:18)

JAWAB : (Kategori : Salah memahami cara Tuhan bekerja dalam sejarah)

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. (2 Timotius 3:16)

7:18 Memang suatu hukum yang dikeluarkan dahulu dibatalkan, kalau hukum itu tidak mempunyai kekuatan dan karena itu tidak berguna,
7:19-sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan- tetapi sekarang ditimbulkan pengharapan yang lebih baik, yang mendekatkan kita kepada Allah. (Ibrani 7:18-19)

Tuduhan kontradiksi telah dikenakan kepada Alkitab yang mengatakan bahwa seluruh isi Kitab Suci bermanfaat; sementara ayat lain menyebutkan bahwa hukum sebelumnya adalah tidak kuat dan tidak berguna. Permasalahan disini adalah masalah kontekstual tentang PL dan PB, yang berkembang karena kurang memahami apa yang dijanjikan Tuhan waktu berfirman kepada para Nabi. Kami merasa perlu untuk menjelaskan hal-hal ini yang melatarbelakangi ucapan ini kepada para pembaca yang awam terhadap Alkitab, sehingga dapat lebih memahami maksudnya. Sebagai ilustrasi, kami akan merujukkan pertanyaan di atas dengan Pertanyaan "Allah menyesal atau tidak", yang menunjukkan betapa kaya dan dalam arti dari sejumlah kata-kata bahasa asli Alkitab tentang kata "NĂ‚KHAM" yang bermakna sedih, berduka, menyesal, dll. Firman Allah berasal daripada-Nya saja, dan tentu bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran, seperti yang tertulis dalam 2 Timotius 3:16. Ini merupakan pernyataan umum yang menunjuk kepada semua perkara yang datangnya dari Allah.

Ibrani 7 secara khusus berbicara mengenai Hukum yang berlaku bagi sebuah masyarakat pada suatu masa yang spesifik dan terbatas, tentang sistem pengorbanan Kemah Musa, kemudian dalam Bait Suci (Bait Allah) di Yerusalem. Allah meneguhkan dalam suatu Kontrak atau Perjanjian dengan umat-Nya yaitu Israel, sebuah sistem dimana mereka diharuskan untuk mempersembahkan korban, binatang yang disembelih, agar Allah mengampuni dosa-dosa mereka; khususnya apa yang Allah sebut sebagai "korban karena dosa" dan "korban kesalahan" dalam Kitab Imamat pasal 4-6.

Konsep substitusi "korban yang mati dengan darah tercurah sebagai pengganti" ini adalah hal yang asing bagi Islam, namun hal ini adalah hal yang mendasar dalam ibadah Yahudi dan Kristen.

Penebusan dosa harus dilakukan. Dosa harus dihukum. Hukum Allah yang kudus dan adil adalah "upah dosa adalah maut" (Roma 6:23, Kejadian 2:17). Harga upah itu harus dibayar! Ada yang harus mati untuk membayar harga itu. Dan tidak ada pengampunan dosa tanpa adanya cucuran darah (yang melambangkan maut itu), karena Allah menuntut keadilan mutlak. Bila Allah hanya mengampuni dengan menutup mata saja terhadap dosa, mata itu tidak-adil sama sekali. Minta pengampunan saja tidak akan cukup harganya untuk membayar "upah dosa", melainkan tetap harus dibayar dengan nyawa/kematian, yang dilambangkan dalam sebuah korban (binatang), yaitu berupa korban penebusan.

Sistem penebusan dosa "dengan darah" seperti ini diutarakan dalam PL sebanyak 79 kali! Dimana darah binatang yang menjadi korban penebusan sementara (yang harus dilakukan berulang kali terus-menerus), yang kelak akan digantikan secara permanen dengan "darah Anak Domba" sebagai Perjanjian Baru dari Allah. Yaitu darah Yesus Kristus untuk penebusan dosa manusia, sekali dan selamanya. Maka Allah berfirman : Yeremia 31:31-33 31:31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan Perjanjian Baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,

31:32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; (keterangan : Ketika Allah pertama kali mengadakan Perjanjian kepada bangsa Israel di Gunung Sinai setelah diselamatkan dari kejaran bangsa Mesir) perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN.
31:33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.

Perjanjian Baru ini akan membayar harga satu kali untuk selama-lamanya dosa-dosa manusia : Ibrani 7:27 yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri dan sesudah itu barulah untuk dosa umatnya, sebab hal itu telah dilakukan-Nya satu kali untuk selama-lamanya, ketika Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.

Maka korban yang telah dilaksanakan oleh Yesus Kristus, bukan seperti PL yang mengharuskan pembayaran berulang-ulang dari domba atau binatang lain. Allah berfiman pula dalam Perjanjian Lama mengenai Mesias, Juruselamat yang akan melakukan penebusan dosa tersebut (dalam PB). Seorang Mesias yang bukan berasal dari Imamat Lewi, tetapi seorang yang sempurna yang berasal dari suku Yehuda yang akan menjadi Imam Besar. Orang yang sempurna itu adalah Mesias, akan menjadi korban pengganti itu, dan yang akan membayar sekaligus harga sepenuhnya, sehingga Dialah Sang Imam Besar itu (Imam Mahdi) namun tidak dari garis keturunan Lewi sebagaimana dalam Tradisi Yahudi turun temurun, tetapi berdasarkan kesempurnaan-Nya sendiri.

Orang-orang yang percaya dan beriman kepada Sang Mesias ini, menerima bayaran penebusan dari hukuman dosanya, maka Allah akan menuliskan hukum Taurat dalam hati dan pikiran mereka, dan Allah dapat menyalurkan belas kasihan-Nya sepenuhnya kepada orang-orang yang percaya, karena tuntutan keadilan-Nya ("upah dosa adalah maut") telah dipenuhi oleh Yesus Kristus sebagai korban sembelihan di atas kayu salib. Oleh sebab itu semua orang yang percaya kepada-Nya, kini dapat menghampiri Allah, karena Allah ingin memiliki hubungan intim dengan ciptaan-Nya (Kejadian 3:8-11), tetapi hanya dosalah yang menghalangi itu terjadi.

Kalau membaca seluruh kitab PL dengan teliti, hal ini dapat dimengerti. Semua isi Alkitab memang berguna, termasuk semua penjelasan tentang sistem korban sembelihan. Namun, Allah juga berjanji untuk membuat Perjanjian Baru dengan umat-Nya yaitu bahwa korban hewan yang kurang sempurna akan diganti dengan korban sempurna yang membawa keselamatan bagi semua orang yang percaya kepada-Nya :

Galatia 3:19-25
3:19 Kalau demikian, apakah maksudnya hukum Taurat? Ia ditambahkan oleh karena pelanggaran-pelanggaran -- sampai datang keturunan yang dimaksud oleh janji itu -- dan ia disampaikan dengan perantaraan malaikat-malaikat ke dalam tangan seorang pengantara.
3:20 Seorang pengantara bukan hanya mewakili satu orang saja, sedangkan Allah adalah satu.
3:21 Kalau demikian, bertentangankah hukum Taurat dengan janji-janji Allah? Sekali-kali tidak. Sebab andaikata hukum Taurat diberikan sebagai sesuatu yang dapat menghidupkan, maka memang kebenaran berasal dari hukum Taurat.

3:22 Tetapi Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya.
3:23 Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan.
3:24 Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman.
3:25 Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.

Baca juga Ibrani 9:11-28. Banyak ayat-ayat dalam Alkitab yang menggambarkan Sang Mesias yang datang dengan membawa PB. Dalam hal ini, Allah menjadikan Yesus "sebagai korban penebusan dosa" dan dikatakan :
Yesaya 53:4-5
53:4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
53:5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Dan bacalah pasal 53 ini seluruhnya.
Anda dapat saja membayar harga dosa-dosa Anda – harganya adalah maut yang kekal. Dengan kata lain, Anda akan mati debagai bayaran atas dosa-dosa Anda dan masuk ke api jahanam neraka yang kekal. Atau, akrena kasih Allah, Anda dapat meminta Sang Mesias untuk membayarkan harga tersebut sebagai pengganti bagi Anda. Inilah yang akan membuat Anda berdamai dengan Allah. Allah akan mengizinkan Anda masuk Surga yang kekal karena keadilan-Nya sudah dipuaskan. Yohanes Pembaptis telah berseru ketika ia melihat Yesus Sang Mesias : Yohanes 1:29
"Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia."

Melalui korban kematian-Nya, sistem pengorbanan lama yang mengorbankan binatang secara terus-menerus menjadi tidak berlaku karena sudah digenapi. Rasul Yohanes juga mengatakan : Yohanes 3:36 Barangsiapa percaya kepada Anak (Yesus), ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya."

Pengikut-pengikut Yesus telah berjalan dalam "Janji yang Baru" dan yakin bahwa darah Yesus telah menebus segala dosa mereka. Mereka tidak hidup dibawah "Janji Lama" yang dibuat Allah dengan orang-orang Israel di Gunung Sinai. Di dalam hidup di bawah ―Janji Baru" ini, para pengikut Yesus tetap memiliki hukum yang mengatur. Isinya tetap berhubungan dengan apa yang tertulis dalam PL, tetapi tentunya dalam konteks yang baru, yaitu yang telah digenapi di dalam Yesus Kristus. Jadi, jelas ada kesinambungan, penyingkapan dan pembaharuan dari kedua "janji" tersebut – yang baru dan yang lama. Dengan demikian jelas bahwa Kitab Suci bermanfaat untuk dipelajari, untuk mengetahui darimana kita berasal dan kemana kita akan pergi.

Catatan :
Tidakkah Al Qur'an terang-terangan memposisikan Yesus sebagai legislatif, pembuat undang-undang Ilahi? Sebab siapakah Dia yang boleh menjungkir-balikkan Hukum Allah, "yang haram menjadi halal" (Reff. Sura 3:49-50). Dan karena Islam menolak konsep penebusan dosa dengan darah, maka bagaimanakah teologi Islam harus memberi jawaban terhadap kontradiksi sifat-sifat Allah yang Mahakasih (yang mengampuni setiap dosa umat-Nya) dan sekaligus Mahaadil (yang menghukum dosa, dan tidak bisa mengampuni saja tanpa ada harga yang dibayar, karena setiap dosa harus dihukum demi keadilan-Nya). Hanya konsep substitusilah (penebusan oleh korban pengganti) yang dapat menjembatani ketegangan antara Keadilan dan Kasih Allah).