Orang-orang yang tidak percaya sudah sejak lama menggunakan fakta bahwa
Israel menghancurkan bangsa-bangsa penyembah berhala di Kanaan sebagai
bukti bahwa Allah Perjanjian Lama tidaklah adil dan kejam (Ul. 7:2).
Tetapi mereka telah menolak untuk memperhatikan beberapa fakta berikut:
Pertama, Allah menanti selama 400 tahun sebelum menghakimi bangsa-bangsa
yang jahat ini, yang mengingatkan kita bahwa Dia sangatlah panjang
sabar terhadap manusia (Kejadian 15:13-16). Kedua, bangsa-bangsa yang
dimaksudkan ini sepenuhnya mempraktekkan segala jenis penyimpangan
moral, termasuk inces dan pembakaran anak-anak mereka sendiri. Tidaklah
salah secara moral bagi Allah yang kudus, sang pemberi Hukum, untuk
menghukum mereka yang dengan sengaja, dan dengan sikap menantang tanpa
pertobatan, melanggar hukum-hukumNya. Mereka yang mau menuduh Allah
melakukan ketidakadilan atau kekejaman karena Ia menghukum bangsa-bangsa
yang jahat sebenarnya bertindak sangat munafik, karena mereka sendiri
percaya kepada hukum dan keteraturan, dan mereka mendukung bahwa
orang-orang yang melakukan kejahatan seperti pemerkosaan dan
penganiayaan seksual terhadap anak dan pembunuhan, pantas untuk dihukum.
Ketiga, Allah memberikan belas kasihan kepada orang-orang seperti Rahab
yang percaya (Yosua 2). Seluruh Kitab Suci mengajarkan bahwa Allah
sangat menyukai belas kasihan lebih daripada penghukuman. Dia “sabar
terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa,
melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2 Pet. 3:9). Dia
ingin semua manusia diselamatkan (1 Tim. 2:4). Keempat, adalah perlu
bahwa bangsa-bangsa itu dihancurkan agar Israel dapat berdiri di tanah
itu sebagai terang bagi dunia. Kalau bangsa-bangsa itu dibiarkan, Israel
akan menjadi korup secara moral dan rohani dalam waktu yang sangat
dekat (Ul. 7:2-6). Penghancuran bangsa-bangsa itu sebenarnya adalah
tindakan Allah yang penuh belas kasihan. Bangsa-bangsa kafir yang hancur
mendapatkan apa yang mereka pantas dapatkan, dan dengan melaksanakan
penghakimanNya yang adil atas mereka pada waktu itu, Allah memberikan
berkat kepada seluruh dunia. Melalui Israel Allah memberikan kepada
dunia wahyuNya yang ilahi dalam Alkitab, dan melalui Israel Dia membawa
Juruselamat ke dalam dunia untuk menyediakan keselamatan. “Karena begitu
besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Mereka yang
menuduh Allah tidak adil dan kejam, mengabaikan fakta bahwa Allah
sendiri membayar harga yang dituntut oleh HukumNya yang tegas agar
manusia bisa diselamatkan. Hati Allah nyata dalam kata-kata luar biasa
yang Yesus ucapkan dari kayu salib mengenai orang-orang yang secara
sangat tidak adil menyiksa Dia: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34). Allah yang dinyatakan
dalam Alkitab adalah Pribadi yang paling penuh kasih di alam semesta
ini. Faktanya, Dia adalah sumber segala kasih dan belas kasih, tetapi
Dia juga adalah Allah yang kudus, kudus, kudus, pemberi Hukum, dan Dia
tidak dapat dihakimi oleh standar manusia yang inkonsisten dan tidak
berarti.