Selasa, 25 November 2003

27) Tuhan Bisa dilihat atau Tidak?

27) YOHANES 1:18 VS KEJADIAN 18:1 & 32:30.
Dalam Yohanes TERTULIS: "hanya Yesus yang melihat Allah", TETAPI dalam Kejadian 18 & 32: "Abraham dan Yakub pun pernah melihat Allah". (bertentangan literatur).
(a) Tuhan tidak bisa dilihat dan didengar ( Yohanes 1: 18, Yohanes 5: 37, I Timotius 1: 17, 6: 16, Keluaran 33: 20, I Yohanes 4: 12)
(b) Tuhan bisa dilihat oleh mata (Keluaran 33: 11, 33: 20, Kejadian18: 1, 26: 24, Yohanes 5: 37, ; I Timotius 6: 16, 1: 17, I Yohanes 4:12 )
(c) Tuhan kelihatan kaki-Nya (Keluaran 24: 9-10)
(d) Tuhan kelihatan sedang duduk (Yesaya 6: 1)
(e) Tuhan bisa dilihat dari jauh (Yeremia 31: 3)

JAWAB : (Kategori : salah memahami konteks ayat)

Yohanes 1 : 18
Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
"Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nyapun tidak pernah kamu lihat," (Yohanes 5:37)

Perhatikan konteks ayat ini. Orang-orang Yahudi yang berdialog dengan Yesus Kristus pada saat itu memang tidak pernah mendengar suara Allah apalagi melihat wajah-Nya. Perkataan itu ditujukan kepada orang-orang Yahudi dan ayat di atas berkaitan dengan ungkapan Yunani “autoV memarturhken peri emou, autos memarturêken peri emou,” Dia yang bersaksi tentang Aku.

Ayat ini menunjuk kepada saksi Allah yang tidak kelihatan yang terdapat di dalam hati manusia. Orang Yahudi tentu akan menekankan bahwa tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Bahkan pada saat Dasa Firman diberikan, "suara kata-kata kamu dengar, tetapi suatu rupa tidak kamu lihat, hanya ada suara" (Ulangan 4:12).

Jadi perkataan Yesus Kristus bermakna bahwa "Memang benar Allah itu tidak kelihatan, demikian juga kesaksian-Nya, karena kesaksian-Nya itu adalah jawaban yang keluar dari hati manusia ketika manusia itu berhadapan dengan Aku." Jika kita diperhadapkan dengan Kristus, maka kita melihat di dalam Dia semua yang indah dan bijaksana; keyakinan seperti itu adalah kesaksian Allah di dalam hati kita.

"Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu." (Keluaran 33:11)

Ungkapan wajah kepada wajah adalah ungkapan khas Ibrani yang dimengerti dengan jelas dengan kata-kata berikutnya seperti seseorang berbicara kepada temannya. Itulah persekutuan yang tidak berhingga, di mana tidak ada sesuatu yang disembunyikan dan tidak ada sesuatu yang terselubung. Bandingkan dengan ayat-ayat berikut ini:

"Yakub menamai tempat itu Pniel, sebab katanya: 'Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong!'"(Kejadian 32:30)

"Apabila Musa masuk ke dalam kemah itu, turunlah tiang awan dan berhenti di pintu kemah dan berbicaralah TUHAN dengan Musa di sana." (Keluaran 33:9)

"'Berhadap-hadapan Aku berbicara dengan dia, terus terang, bukan dengan teka-teki, dan ia memandang rupa TUHAN. Mengapakah kamu tidak takut mengatai hamba-Ku Musa?'" (Bilangan 12:8)

"TUHAN telah bicara dengan berhadapan muka dengan kamu di gunung dan di tengah-tengah api-" (Ulangan 5:4)

"Seperti Musa yang dikenal TUHAN dengan berhadapan muka, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel," (Ulangan 34:10)

Jadi, wajah Allah dalam Alkitab Ibrani adalah ungkapan khusus untuk kehadiran atau hadirat Allah. Melihat Allah hanya mungkin melalui penyingkapan diri-Nya sendiri. Kehadiran Allah tidak pernah merupakan perasaan belaka akan sesuatu yang menakutkan, melainkan selalu merupakan kehadiran suatu Allah yang dikenal, yang pribadi dan yang tersendiri.

Selanjutnya Keluaran 24:10, "Lalu mereka melihat Allah Israel; kaki-Nya berjejak pada sesuatu yang buatannya seperti lantai dari batu nilam dan yang terangnya seperti langit yang cerah."

Ini dikenal dengan istilah theofani, kehadiran kemuliaan Allah, penyataan secara kelihatan dan secara supra alamiah keagungan Allah yang tertinggi dan yang tiada taranya. Penampakan Allah atau theofani yang terjadi di era PL senantiasa terjadi dalam bentuk manusiawi atau malaikat atau juga dalam wujud gejala-gejala kosmis.

"Dalam tahun matinya raja Uzia aku melihat Tuhan duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang, dan ujung jubah-Nya memenuhi Bait Suci." (Yesaya 6:1)

Nabi Yesaya mendapat penglihatan, bandingkan dengan penglihatan Yohanes di pulau Patmos yang ditulis di dalam kitab Wahyu. Demikian pula dengan Yeremia 31:3, "Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu."

Jika kita membaca Yeremia 31:1-40 maka kita akan mengetahui konteks ayat 3 yang mengandung makna alegoris di atas. Israel Utara (Efraim) akan dibina kembali, dibangun kembali dan digarap ulang. Diutarakan pula mengenai akhir dari perpecahan antara utara dan selatan dalam pengakuan bersama akan TUHAN, Allah dari seluruh bangsa itu.
"Beginilah firman TUHAN: Ia mendapat kasih karunia di padang gurun, yaitu bangsa yang terluput dari pedang itu! Israel berjalan mencari istirahat bagi dirinya!" (Yeremia 31:2)

Tuhan melepaskan Israel dari pedang Firaun dan memberikan kasih karunia kepada mereka pada hari-hari mereka di padang gurun. Ini hanyalah selaku tanda dari kasih yang kekal (ayat 3) yang telah diteruskan dalam kesetiaan ilahi hingga saat Yeremia menulis ayat di atas. Sebenarnya ungkapan kepadanya dari "Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya" adalah kepadaku menurut naskah Ibrani yaitu kepada nabi Yeremia, bandingkan dengan penglihatan Yesaya di atas.

Dalam PL, TUHAN saat menampakkan diri-Nya mengambil perwujudan tertentu. Misalkan dalam Kel 3:11 dimana menampakkan dalam bentuk tiang awan atau Kej 32:30 dalam wujud manusia. Penampakan inilah yang dapat dilihat oleh manusia. Tetapi wujud Allah yang sesungguhnya dalam ROH tidak pernah dilihat manusia.

Sebagai perbandingan Al-Qur’an pun mencatat penampakan TUHAN dalam perwujudan kayu:
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: "Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan semesta alam, (QS 28:30).

Sabtu, 15 November 2003

26) Selain Yesus, adakah yang naik ke sorga ?

26) Selain Yesus, adakah yang naik ke sorga ?
a. Tidak ada! Hanya Yesus saja yang pemah naik ke sorga (Yohanes 3: 13).
b. Henokh dan Elia telah naik ke sorga (Kejadian 5: 24, II Raja-raja 2: 11).

JAWAB : (Kategori : salah memahami konteks ayat)

"Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia." (Yohanes 3:13)
TR Transliterasi: kai oudeis anabebêken eis ton ouranon ei mê ho ek tou ouranou katabas ho huios tou anthrôpou ho ôn en tô ouranô

Catatan:
teks ho ôn en tô ouranô, yang ada di surga dijumpai dalam beberapa manuskrip, ada pula manuskrip lain yang tidak memuat ungkapan ini. Meskipun Henokh dan Elia sudah naik ke surga, namun bukan oleh kekuatan dan kemampuan mereka sendiri, dan Yesus Kristus jelas tidak menghubungkan hal ini dengan kenaikan Henokh dan Elia. Yesus senantiasa menghubungkan diri-Nya dengan kitab PL dan saat itu Yesus Kristus sedang berbicara dengan Nikodemus, seorang Farisi, seorang pemimpin agama Yahudi (Yohanes 3:1) yang tentu saja tahu bahwa Henokh dan Elia sudah naik ke surga. Dia tidak membantah karena ia tahu apa yang dimaksud oleh Yesus Kristus jika kita baca ayat-ayat sebelum dan sesudahnya terutama ayat ini:
"Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya?" (Ulangan 30:12)

"Siapakah yang naik ke surga lalu turun? Siapakah yang telah mengumpulkan angin dalam genggamnya? Siapakah yang telah membungkus air dengan kain? Siapakah yang telah menetapkan segala ujung bumi? Siapa namanya dan siapa nama anaknya? Engkau tentu tahu!" (Amsal 30:4)

Tidak ada seorang pun yang sudah atau dapat naik ke surga, membawa dari sana pengetahuan tentang keilahian dan hal-hal surgawi selain daripada Yesus Kristus yang telah turun dari surga. Nikodemus mengetahui bahwa Yesus Kristus datang sebagai guru yang diutus oleh Allah sehingga dia berkata, "kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah" (Yohanes 3:2) oleh karena itulah Yesus Kristus menggunakan ungkapan ini. Nikodemus pasti tahu bahwa Henokh dan Elia sudah naik ke surga, namun dia pun tahu pula dengan pasti bahwa bukan hal itu yang dimaksud oleh Yesus Kristus.

Rabu, 05 November 2003

25) Tentang berlakunya Hukum Taurat

25) Tentang berlakunya Hukum Taurat
LUKAS 16:16 VS MATIUS 5:19.
Dalam Lukas, penulisnya berpendapat: "Hukum Taurat dan kitab para nabi berlaku sampai kepada zaman Yohanes; dan sejak waktu itu Kerajaan Allah diberitakan dan setiap orang menggagahinya berbuat memasukinya", TETAPI dalam Matius, Yesus berkata: "Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada yang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang paling tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (bertentangan prinsip dan hukum).

LUKAS 16:16 VS LUKAS 23:55-56 (didukung MATIUS 5:17-20).
Lukas 23:55-56, "Dan perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea, ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya (Yesus) dibaringkan. Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat". Pengudusan hari Sabat merupakan bagian pokok dari hukum Taurat. Ini berarti bahwa hukum Taurat tetap berlaku pada zaman Yesus, karena para pengikut Yesus sendiri tetap menguduskan hari Sabat justru setelah "Yesus" mati. Singkatnya, Yesus tetap memberlakukan hukum Taurat kepada umat-Nya sebagaimana pernyataan-Nya sendiri dalam Matius 5:17-20.

JAWAB: (Kategori: salah memahami konteks historis)

Tuhan Yesus menggenapi Hukum Taurat, jadi bukan meniadakan : Bila Taurat dimengerti dalam kacamata PL / orang Yahudi sebagai hukum-hukum mati, orang Kristen tidak lagi menjalankannya, tetapi kita harus sadar bahwa Tuhan Yesus bukan meniadakan Taurat tetapi menggenapinya (Mat.5:17).

Artinya dengan kita mengenal Injil anugerah tidak berarti hukum Taurat kita tinggalkan, tetapi hukum Taurat itu sekarang dimengerti bukan secara lahiriah tetapi secara batiniah. Allah yang esa dimengerti sebagai Allah yang menyatakan diri dalam Yesus. Zinah fisik sekarang dimengerti lebih dalam sebagai zinah batin, dan soal Sabat bukan perayaan hari tertentu tetapi mengerti Yesus sebagai sabat kita. Keselamatan tidak diperoleh karena menjalankan hukum-hukum Musa melainkan karena iman kepada Tuhan Yesus Kristus (Kisah Para Rasul 15).

PL (yang berisi hukum Taurat) tetap diperlukan oleh umat Kristen disamping PB (yang berisi Injil), karena PB tidak akan kita mengerti tanpa mengerti karya Allah sejak PL. Dalam surat-surat kiriman kita melihat arti Torat dalam kacamata Injil dan dalam kitab Ibrani jelas terlihat bahwa upacara-upacara Taurat telah digantikan oleh persembahan tubuh Yesus sendiri.
Jadi, memang benar Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi berlaku sampai pada zaman Yohanes Pembaptis, karena Yohanes adalah Nabi terakhir dari Zaman Perjanjian Lama, dan semua tuntutan Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi telah dipenuhi dengan sempurna oleh satu-satunya manusia yaitu Tuhan Yesus Kristus, sejak itu Tuhan Yesus Kristus memroklamirkan Ibadah Hakekat dalam Roh dan KEBENARAN, (Yohanes 4:24) sehingga kita umat-Nya tidak lagi melakukan Ibadah Simbolik (Sholat hadap Yerusalem, Sunat, Makanan Halal-Haram, Kebaktian HARUS HANYA hari Sabtu saja, dan aturan2 perjanjian lama yang sifatnya lahiriah/badaniah).